Manjakan Mata dengan Spesies Lumba-Lumba di Perairan Semau-Sulamu

WARNANTT -- KUPANG, Belum banyak orang yang mengetahui akan keindahan alam bawah laut yang dimiliki di perairan Semau-Sulamu atau Laut Sawu. Kekayaan itu bisa dijadikan sebagai lokasi wisata baru, yakni wisata spesies lumba-lumba.

Keindahan yang memanjakan mata itu bisa disaksikan secara dekat menggunakan kapal motor (KM) pada pagi hari sekitar pukul 06:00-11:00 wita. Wisata spesies ikan lumba-lumba yang ada pada perairan tersebut terdapat dua jenis yakni lumba-lumba pemintal dan lumba-lumba hidung botol.

“Ciri-ciri lumba-lumba pemintal, bermoncong panjang, sirip punggung segitiga, ukuran kecil, badannya ada tiga berwarna. Doging ini merupakan akrobatik laut, sering melompat tinggi dan berputar. Masa kehamilan 10 bln/ +3 tahun sekali, bayi lepas sapih 1-2 th, Biasanya beristirahat di teluk dekat air dalam, mencari makan menyusuri pantai saat senja di mana mereka biasanya terlihat dari depan desa,” jelas Naneng Setiasih, Konsultan Senior Pengembangan Wisata Berkelanjutan pada kegiatan Media Trip Wisata Spesies Berbasis Masyarakat yang Berkelanjutan di TNP Laut Sawu.

“Kalau lumba-lumba hidung botol itu moncong lebih pendek dari spinner, sirip punggung segitiga dengan lengkungan yang dalam, ukuran lebih besar (dapat lebih dari 4 m), badan mempunyai 2 warna body. Masa kehamilan kurang lebih12 moths/kurang lebih 2-6 yrs, masa sapih sampai 8 tahun,” tambahnya.

Selain lumba-lumba, ada pula terumbu karang yang bisah disaksikan melalui atas perahu. “Air yang jernih, kita sudah menyaksikan terumbu karang yang indah di dasar laut. Terumbu karang sempat rusak akibat badai seroja,” katanya.

Pada kunjungan wisata itu, ia menjelaskan setiap lumba-lumba yang muncul, hanya bisa disaksikan dari jarak sekitar 100-150 meter karena akan membuat lumba-lumba stres. “Kita harus jaga jarak dengan kelompok lumba-lumba yang kita temukan,” ungkapnya.

Naneng Setiasih, mengaku kegiatan tersebut dalam rangka pelaksanaan proyek Coral Reef Rehabilitation and Management Program-Coral Triangle Initiative (COREMAP-CTI) yang didukung oleh dana hibah Global Environment Facility (GEF) melalui World Bank, kerja sama Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dengan Yayasan Reef Check Indonesia di TNP Laut Sawu dan Raja Ampat dengan judul “Integrasi Kebijakan Berbasis Sains dalam Mendukung Konservasi dan Pemanfaatan secara Berkelanjutan Spesies yang Terancam Punah”.

Imanuel Lodja, jurnalis Digtara.com bersama jurnalis TIMEX, Intho Herison Tihu yang menjadi peserta Media Trip Wisata Spesies Berbasis Masyarakat yang Berkelanjutan di TNP Laut Sawu mengaku sangat bersyukur bisa diikutsertakan dalam kegiatan ini.

Menurut kedunya, wisata berbasis spesies ini belum banyak diketahui masyarakat. Untuk menyaksikan ikan lumba-lumba sering dilakukan diluar NTT pada hal NTT khususnya Kupang memiliki pesona alam yang luar biasa indah.

Wisatawan bisa menyaksikan dengan mudah dan biaya yang sangat sedikit. Wisatawan cukup menyewa perahu di pelabuhan Tenau lalu menyaksikan atraksi ikan lumba-lumba pada pagi hari.

Ia berharap pemerintah dan komunitas atau kelompok pecinta alam yang suka berpetualang dapat mempromosikan wisata spesies ini lebih luas lagi. “Ini sesuatu yang tidak dimiliki daerah lain. Walaupun ada, dan kita harus mengeluarkan biaya yang banyak, tapi disini kita bisa dapatkan dengan murah. Pemerintah mesti mengembangkan bisnis ini dengan baik,” kata Imanuel Lodja.

Sampah laut juga diperhatikan. Semuanya bisa diatasi apabila keterlibatan semua pihak maka ke depan kerjasama semua stakeholders sangat dibutuhkan dalam mengembangkan semua potensi yang ada.

“Kita harus kerja sama untuk menjaga kebersihan baik didarat maupun laut karena sampah didarat yabg kemudian mencemari keindahan laut kita. Kita harus jaga ini,” tegasnya.

Media Trip Wisata Spesies Berbasis Masyarakat yang berlangsung di Pulau Semau dan Pulau Rote itu melibatkan perwakilan Direktur Kelautan dan Perikanan, Kementerian PPN/Bappenas, perwakilam Direktur Eksekutif ICCTF, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Rote Ndao, perwakilan Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nusa Tenggara Timur, Bajalan Gila Rote, Staf Direktorat Kelautan dan Perikanan, Kementerian PPN/Bappenas dan Sekretariat ICCTF. (mg29/aln)


Sumber: Timex | dikemas kembali oleh: tim.warnantt/qf

Baca Juga
Previous Post Next Post

Editor's Choice

Jangan Lewatkan
Selalu Update Info Terkini
Follow This Blog
Ikuti Updetan Kami di GoogleNews

Simak breaking news dan berita pilihan dari WARNANTT di link "waranntt.blogspot.com". Klik https://warnantt.blogspot.com/ "Bae Sonde Bae, Tanah Timor Lebe Bae" !!!


Halaman Utama