Kebutuhan Daging Sapi 2021 Sekitar 700.000 Ton, Pemerintah Bakal Bangun Peternakan Terintegrasi di Merauke

Kita juga perlu membangun sentra-sentra produksi ternak sapi di daerah-daerah. Kita masih memiliki lahan-lahan khususnya di wilayah Indonesia Timur

WARNANTT - JAKARTA, Asisten Deputi Pengembangan Agribisnis Peternakan dan Perikanan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Pujo Setio mengatakan, prognosa konsumsi kebutuhan daging sapi tahun 2021 sekitar 700.000 ton. Hal ini berdasarkan data dari BPS dengan asumsi konsumsi 2,56 Kg/kapita.

Pujo menyebut, meski terdapat sekitar 18 juta hewan ternak sapi di seluruh Indonesia namun bukan berarti semuanya merupakan hewan ternak siap potong.

Sebab, saat ini basis peternakan rakyat masih dilakukan secara tradisional yakni lebih banyak menyimpan sapi dan kerbau. Kemudian menjualnya sesuai kebutuhan pemilik hewan ternak tersebut.

Oleh karena itu, Pujo menilai, butuh solusi jangka panjang untuk ketersediaan sapi siap potong. Di antaranya mengajak masyarakat untuk ke arah komersialisasi tanpa meninggalkan budaya atau kearifan lokal.

Kemudian, dikembangkan sistem kemitraan dan korporatisasi peternak agar pemerintah mengetahui secara pasti data sapi siap potong yang akan dikonversi menjadi kebutuhan daging setiap tahunnya.

“Tentunya ini harus didukung dengan pola – pola kemitraan dan korporatisasi yang perlu kita dorong," kata Pujo dalam Webinar Hipmi bertajuk ‘Mahalnya Harga Sapi dan Kerbau, Apa Solusinya?’, Senin (29/3).

Pujo mengatakan, saat ini pemerintah juga tengah menggagas pembentukan kawasan ekonomi berbasis peternakan di Kabupaten Merauke. Pengembangan ini dinilai memiliki potensi yang besar, terlebih peternak mandiri di Merauke rata-rata memiliki ratusan ekor sapi.

“Ini sangat besar dan potensial sekali. Ini kalau digarap bersama ini potensi sehingga kita bisa mendapatkan sapi hidup dari Indonesia Timur,” ujar dia.



Pujo mengajak pengusaha untuk bekerjasama mengembangkan rencana pembentukan kawasan ekonomi berbasis peternakan tersebut. Sebab, peternak di Merauke membutuhkan investasi untuk pengembangan dan offtaker hewan ternaknya.

“Ini merupakan salah satu solusi jangka panjang yang mungkin jadi peluang untuk dilirik, karena mereka butuh offtaker atau investasi agar daerah bisa berkembang untuk kawasan ekonomi khusus peternakan terintegrasi,” terang Pujo.

Pujo mengatakan, pembangunan sentra peternakan di luar Pulau Jawa mesti terus didorong dan dikembangkan. Terlebih terdapat potensi lahan yang masih tersedia di kawasan Indonesia Timur seperti di Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kemudian daerah tersebut bisa menampung sapi – sapi bakalan Australia yang pada saat harga murah kita bisa menampung di sana,” tutur Pujo.

Dari informasi tersebut, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang didukung dengan lahan kosong yang masih tersedia tentunya juga sangat berpotensi untuk pengembangan peternakan terintegrasi seperti di papua. (WARNANTT)

Baca Juga
أحدث أقدم

Editor's Choice

Jangan Lewatkan
Selalu Update Info Terkini
Follow This Blog
Ikuti Updetan Kami di GoogleNews

Simak breaking news dan berita pilihan dari WARNANTT di link "waranntt.blogspot.com". Klik https://warnantt.blogspot.com/ "Bae Sonde Bae, Tanah Timor Lebe Bae" !!!


Halaman Utama