Kesehatan Mental Anak Menurun selama Pandemi, Ini Solusinya Buat Guru dan Ortu

WARNANTT -- JAKARTA, Pandemi COVID-19 selama dua tahun terakhir mengubah kehidupan di seluruh dunia. Tak hanya orang dewasa yang harus beradaptasi dengan rutinitas, anak-anak juga menghadapi beberapa perubahan besar. Salah satunya pembelajaran jarak jauh.

Sebagian anak mungkin mendapat manfaat dari konsep ini. Namun tak sedikit juga anak dan remaja usia sekolah yang kesulitan.

Pandemi telah menjauhkan anak-anak dari pembelajaran di kelas dan penyesuaian lain. Sekolah menyediakan layanan masyarakat yang jauh melampaui akademisi, seperti interaksi dengan teman sebaya setiap hari, olahraga, kegiatan seni, kegiatan lapangan, wisuda, dan acara lain.

Di Amerika Serikat banyak anak dan remaja yang mengalami masalah kesehatan mental. Data yang dikumpulkan sejak awal pandemi telah menunjukkan peningkatan tajam pada anak-anak dari segala usia yang mencari perawatan kesehatan mental.

Pada Oktober 2021, American Academy of Pediatrics, American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, dan Asosiasi Rumah Sakit Anak mendeklarasikan keadaan darurat dalam kesehatan mental anak dan remaja nasional.

Antara Maret 2020 dan Oktober 2020, kunjungan ruang gawat darurat terkait kesehatan mental melonjak 24 persen untuk anak-anak usia 5-11 tahun dan 31 persen untuk usia 12-17 tahun.

Pada 2020, Rumah Sakit Anak Ann & Robert H. Lurie Chicago mensurvei 1.000 orang tua di Amerika Serikat dan 71 persen orang tua merasa pandemi Covid-19 berdampak negatif pada kesehatan mental anak dan 69 persen menyebut pandemi sebagai hal terburuk yang pernah menimpa anak mereka.

Dalam survei tahun 2020 terhadap siswa sekolah menengah, hampir sepertiga responden mengatakan merasa jauh lebih tidak bahagia dan depresi daripada biasanya.

Saat anak-anak kembali ke sekolah, program pembelajaran sosial dan emosional (SEL) menjadi sangat penting sebab banyak yang membutuhkan dukungan ekstra. Program SEL dapat membantu anak-anak mengelola stres dan dampak emosional yang luar biasa dari COVID-19 dan membantu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah.

SEL dapat dilakukan dalam beberapa cara, guru pun bisa memasukkannya ke dalam kelas sepanjang tahun ajaran. Beberapa kegiatan SEL yang dapat dilakukan adalah menulis jurnal untuk mengetahui emosi, memecahkan masalah dan mendiskusikannya di kelas, serta membuat kerja kelompok.


(berbagai sumber/tim.warnantt/qf)

Baca Juga
Previous Post Next Post

Editor's Choice

Jangan Lewatkan
Selalu Update Info Terkini
Follow This Blog
Ikuti Updetan Kami di GoogleNews

Simak breaking news dan berita pilihan dari WARNANTT di link "waranntt.blogspot.com". Klik https://warnantt.blogspot.com/ "Bae Sonde Bae, Tanah Timor Lebe Bae" !!!


Halaman Utama