WARNANTT -- JAKARTA, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat 75 kali gempa susulan dengan kekuatan maksimal magnitudo 6,8 sejak gempa pertama terjadi di Laut Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (14/12) pagi.
Dikutip Antara, Koordinator Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono Daryono mengatakan gempa susulan itu terjadi sampai sore tadi. Daryono mengatakan bahwa guncangan terbesar dalam rangkaian gempa susulan itu adalah magnitudo 6,8.
Gempa bumi dengan magnitudo 7,4 di Laut Flores, NTT, sekitar pukul 10.20 WIB. Episenter gempa berada 112 kilometer barat laut dari Kota Larantuka, dengan kedalaman 10 kilometer.
BMKG mengeluarkan peringatan dini tsunami usai gempa tersebut. Sempat terdeteksi tsunami setinggi 0,07 meter atau 7 sentimeter di dua titik, yaitu Marapokot, Kabupaten Nagekeo, NTT dan Reo di Kabupaten Manggarai.
Sebelumnya, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati meminta masyarakat untuk tetap waspada dan menghindari bangunan yang rusak akibat gempa karena masih berpotensi gempa susulan.
"Kami mohon karena gempa-gempa susulan masih terjadi, maka mohon agar masyarakat menghindari bangunan yang retak atau rusak diakibatkan oleh gempa," kata Dwikorita.
Dwikorita juga meminta masyarakat, khususnya di Flores Timur bagian utara, Pulau Sikka, Sikka bagian utara dan Pulau Lembata untuk tidak beraktivitas di pesisir pantai dan tepian sungai.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan sebanyak 230 rumah di Kabupaten Selayar, Sulawesi Selatan, rusak berat setelah terjadi gempa bumi dengan magnitudo 7,4 di Laut Flores.
Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan terdapat pula satu unit gedung sekolah, dua bangunan tempat ibadah dan satu rumah jabatan kepala desa yang terdampak gempa bumi itu.***
(berbagai sumber/tim.warnantt/qf)